Penyintas Covid-19 Berisiko Alzheimer Demensia


Kasus penularan virus covid-19 di Indonesia sudah tampak menurun. Namun, masyarakat tetap untuk patuh dan disiplin jalani protokol kesehatan,terutama bagi yang memiliki komorbid dan imunitas rendah. 

Jika terinfeksi dan bergejala berat hingga kritis harus mendapatkan perawatan medis. Selain itu, usai pulih pun ada yang mengalami berbagai komplikasi penyakit pada jangka panjang.

Virus covid telah memicu beragam masalah kesehatan dan dapat memengaruhi kualitas hidup pasien. Dampaknya bisa sampai seumur hidup termasuk memperbesar risiko terjadinya Demensia Alzheimer. 

"Virus covid dapat menyebabkan peradangan pada susunan saraf pusat. Saat virus covid merusak pembuluh darah di bagian otak maka ada sel-sel otak yang mengalami degenerasi bahkan mati. Inilah yang menyebabkan penyintas menjadi rentan terhadap risiko Demensia Alzheimer sehingga perlu tetap diwaspadai,” ungkap Dokter Spesialis Saraf & Champion ALZI, dr. Sheila Agustini, Sp.S.

Sebagai tindakan preventif, dr. Sheila menyarankan agar para penyintas covid-19 rajin melakukan beragam aktivitas untuk menstimulasi fungsi kognitif, seperti rajin membaca, menulis, bermain tebak- tebakan, bermain catur, mengisi TTS, dan lainnya. Termasuk juga melakukan pemeriksaan kesehatan rutin setiap 6 bulan atau bila timbul keluhan yang mengganggu.

“Pasien covid-19 dengan gejala berat yang memiliki faktor risiko Demensia Alzheimer memiliki kemungkinan lebih besar terkena gangguan fungsi kognitif pada saat dan pasca infeksi. Gangguan kognitif meliputi kesulitan dalam berpikir, sulit mengingat kembali, dan gangguan penalaran dan perilaku wajar. Penelitian medis lebih lanjut terkait hal ini masih diperlukan studi yang mendalam. Namun, tata laksana penanganan gangguan fungsi kognitif, seperti terapi dan obat-obatan dapat diberikan pada pasien covid-19 berdasarkan kebutuhan sejauh mana mengganggu kehidupan dan aktivitas sehari-hari,” sebut dr.Sheila.

dr.Sheila, menyarankan agar masyarakat tetap patuh dan serius menerapkan protokol kesehatan serta memberi diri divaksin karena kepatuhan masyarakat yang sehat akan membantu mencegah penularan virus kepada mereka yang berisiko tinggi terkena covid, seperti Orang Dengan Demensia (ODD).

Penyakit Kritis Menjadi Beban Bagi Pasien & Keluarganya

Saat seseorang menunjukkan gejala demensia alzheimer, harus segera ditangani secara medis karena kondisi demensia cenderung memburuk dan memerlukan pengobatan jangka panjang. 

Membawa pasien berobat menjadi beban finansial bagi keluarga karena tidak mampu membiayai pengobatan jangka panjang. Melakukan perawatan sendiri tanpa pertolongan medis berisiko memperburuk kondisi pasien.

Akses fasilitas kesehatan dan biaya kesehatan masih menjadi masalah nasional, pasalnya biaya kesehatan di Indonesia kenaikannya melebihi tingkat inflasi. Sementara, kenaikan inflasi kesehatan tidak selalu diikuti kenaikan pendapatan,  sehingga banyak masyarakat  yang terserang penyakit kritis tidak sanggup membayar biaya pengobatan  jangka panjang.

Saat mengalami sakit kritis, jaring pengaman berupa asuransi penyakit kritis sangat diperlukan sebab tabungan tidak akan cukup membiayai pengobatan. Sayangnya, masih banyak masyarakat pada usia produktif dan masih sehat merasa belum memerlukan asuransi. 

Ada pula yang merasa memiliki asuransi kesehatan saja sudah cukup, padahal asuransi kesehatan hanya mengganti biaya pengobatan rumah sakit. Masih ada biaya-biaya lain yang harus ditanggung pasien penyakit kritis yang tidak ditanggung oleh semua asuransi kesehatan, seperti biaya pengobatan eksperimental, biaya nutrisi ekstra, biaya juru rawat pribadi hingga biaya akomodasi dan penginapan keluarga selama perawatan, dan lainnya,” ujar Faculty Head of Sequis Training Academy of Excellence Samuji, MPd, CFP, CPC

Pernyataan Samuji cukup beralasan, pasalnya ancaman penyakit kritis juga sudah terjadi pada mereka yang berusia produktif. Penyakit kritis termasuk Demensia Alzheimer tidak hanya memperburuk kualitas hidup pasien saja tapi juga kualitas hidup orang terdekat karena harus menanggung beban tambahan mengurus pasien yang akan menjalani fase perjalanan penyakit dari awal, menengah hingga akhir.

Saat pasien menjalani setiap fase, butuh waktu dan tenaga caregiver untuk mendampingi dan merawat serta butuh biaya besar karena pasien perlu perawatan serius. Sementara, biaya hidup keluarga juga harus dipenuhi. 

Hal serupa terjadi juga pada pasien yang terinfeksi covid. Tidak mudah mendapatkan kamar di wisma atlet karena tingkat okupansinya terus bertambah. Demi bisa mendapatkan penanganan medis maka harus segera dibawa ke rumah sakit. Lagi-lagi akan berurusan dengan biaya rumah sakit yang tinggi. Ini belum termasuk biaya perawatan akibat long covid, seperti Demensia Alzheimer atau penyakit lainnya. Untuk itu, Samuji menyarankan agar masyarakat yang masih sehat dan tidak terpapar virus covid-19 agar melengkapi diri dan keluarga dengan asuransi penyakit kritis.

Manfaat  asuransi penyakit kritis sangat menolong keluarga Indonesia dari risiko kebangkrutan jika ada anggota keluarga yang mengalami penyakit kritis karena terdapat Uang Pertanggungan (UP) yang berfungsi sebagai penggantian pendapatan demi kestabilan finansial keluarga.

 "UP dapat digunakan untuk pengobatan dan perawatan pasien, mengganti biaya lain di luar perawatan, menjadi pengganti penghasilan yang hilang karena tidak bisa lagi bekerja sehingga kebutuhan hidup dapat tetap tercukupi, melunasi sisa cicilan/utang, mendanai pendidikan anak, melindungi aset keluarga yang tersisa hingga mencegah terjadinya kemiskinan akibat jeratan utang", sebut Samuji.

Samuji menyarankan asuransi penyakit kritis yang berkonsep anti rugi. Konsep ini terdapat dalam salah satu produk Sequis, yaitu Sequis Organ and Function Insurance (SOFI). Konsep anti  rugi tersebut, yaitu jika terjadi risiko maka Sequis akan membayarkan UP dan mengembalikan total premi yang sudah dibayarkan. Apabila tidak terjadi risiko apa-apa sampai akhir masa asuransi maka premi yang telah dibayarkan nasabah akan dikembalikan oleh Sequis. Demikian juga jika Tertanggung meninggal dunia pada masa asuransi maka premi juga akan dikembalikan.

"Melengkapi keluarga dengan asuransi penyakit kritis sebagaimana manfaat yang diberikan SOFI maka keluarga pasien akan terbantu saat harus memberikan perawatan yang terbaik bagi anggota keluarga yang sakit kritis. Nasabah akan mendapatkan UP jika terjadi risiko penyakit kritis dan/atau risiko kegagalan sistem dan organ tubuh yang memenuhi ketentuan polis dan pengembalian premi yang telah dibayarkan," sebut Samuji.

Sebagai tambahan, nasabah yang memiliki SOFI pun dapat menambahkan Parent Protector rider untuk memberikan perlindungan bagi orang tua dari Tertanggung sebagai langkah berjaga-jaga dari penyakit kritis Demensia, Alzheimer, Kanker, dan Parkinson. Termasuk jika terjadi kegagalan sistem pernafasan tahap akhir. Rider ini akan memberikan UP hingga Rp200 juta dan pengembalian premi jika terjadi risiko penyakit-penyakit tersebut. Selain itu, jika ternyata orang tua meninggal dunia dan tidak ada klaim selama masa pertanggungan, nasabah akan mendapatkan manfaat pengembalian total premi dari rider ini. Selain itu, apabila tidak terjadi risiko apapun sampai akhir masa asuransi maka total premi yang sudah dibayarkan juga akan dikembalikan.


Kontributor: Ineke N.Sinaga (Sequis)
Editor: Anast
Lebih baru Lebih lama
CLOSE ADS
CLOSE ADS