ULM Bersiap Sebagai Pusat Riset Lahan Basah dan Penopang SDM IKN Nusantara


Kalimantan Selatan, SEMARANG Post - Menyelaraskan agenda pembangunan nasional dengan rencana pengembangan kampus, itulah agenda penting yang ditekankan oleh Rektor Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Prof. Dr. Ahmad Alim Bachri merupakan gagasan Alim, setelah resmi dilantik menjadi rektor baru Universitas Lambung Mangkurat (ULM) periode 2022-2026.

Prof. Dr. Ahmad Alim Bachri melihat peluang sekaligus tantangan dengan penetapan status kampus dari Perguruan Tinggi Negeri Satuan Kerja (PTN Satker) menjadi Perguruan Tinggi Negeri Badan Layanan Umum (PTN BLU) seperti ULM. 

Dengan berstatus BLU, maka otonomi kampus dijalankan dengan pengelolaan seperti rumah sakit milik negara, dimana seluruh penerimaan non pajak dikelola secara otonom dan hanya dilakukan pelaporan ke negara.

“Ada masa transisi dari Satker ke BLU, maka diperlukan pemetaan secara cermat potensi-potensi bisnis yang dimiliki oleh universitas. Kami akan lakukan konsolidasi internal,” kata  Alim .

Konsolidasi ini diperlukan karena kampus yang berstatus BLU nantinya ditantang tak hanya menyandarkan sumber pendapatan dari sektor akademik, seperti tarif biaya pendidikan dari mahasiswa atau orangtua mahasiswa. Nantinya, kampus juga ditantang untuk mencari sumber pendapatan dari sektor non akademik (bisnis) untuk menjalankan operasional kampus. Peningkatan pendapatan dari bisnis ini diharapkan bisa dikelola dengan baik sehingga berimbas pada peningkatan mutu layanan pendidikan tinggi.

“Pada fase konsolidasi internal, kami akan menyusun strategi rencana bisnis yang akan dilakukan oleh ULM untuk menjawab tantangan BLU ke depan,” tukas pria kelahiran Enrekang, 31 Desember 1967 .

ULM Jadi Pusat Riset Lahan Basah dan Kembangkan Ekowisata

Sejumlah rencana dipaparkan oleh Alim dengan mengacu pada aset serta potensi yang dimiliki ULM. Salah satunya potensi lahan basah yang banyak terdapat di Kalimantan Selatan. 

“Yang saya pikirkan sekarang adalah optimalisasi pemanfaatan aset-aset yang dimiliki ULM. Karena ULM itu memiliki banyak potensi,antara lain lahan-lahan, misalnya lahan rawa yang bisa digunakan sebagai tempat budidaya ikan,” ungkap Alim.

Rektor ULM periode 2022-2026 tersebut bertekad mendorong ULM terus mengembangkan riset unggulan dalam pengembangan lahan basah (wet land) seperti lahan gambut. Menurutnya, salah satu yang diperlukan Kalimantan Selatan adalah optimalisasi lahan gambut yang menghasilkan produk unggulan. Ia mengambil contoh, bahwa pengembangan lahan gambut tak hanya sebatas menjadi perkebunan sawit. 

Ditekankan oleh rektor ULM periode 2022-2026  yang dilantik oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim di Jakarta pada Selasa, 4 Oktober 2022 bahwa lahan gambut merupakan ekosistem yang harus dipertahankan sehingga mampu menopang keberlanjutan (sustainability) masa depan Kalimantan. 

“Bisa saja dengan penelitian gambut ini menjadi sumber ketahanan pangan, apakah itu dari sisi perikanan atau pangan, dan sebagainya. Ini membutuhkan pendekatan riset yang bersifat komprehensif. Kita dorong ULM menjadi salah satu pusat penelitian lahan basah,” tegas Prof. Dr. Ahmad Alim Bachri.

Selain pengembangan riset lahan basah, Alim juga melihat potensi pengembangan hutan pendidikan yang dimiliki ULM untuk dijadikan hutan pendidikan sekaligus agrowisata. 

“Syukur-syukur bisa dijadikan farming integrated. Karena ULM punya 1.600 hektar lahan hutan pendidikan.Mudah-mudahan itu bisa menjadi salah satu sumber pendapatan yang dimiliki oleh ULM untuk mendukung pelaksanaan BLU,” ujar Alim. 

ULM Menopang Kebutuhan SDM IKN Nusantara dan Tantangan Profesi Baru 

ULM di Kalimantan Selatan berbatasan langsung dengan Provinsi Kalimantan Timur, tempat dibangunnya Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Kabupaten Penajam Paser Utara. 

Melihat letak geografis demikian, Alim mensikapi sebagai sebagai peluang emas bagi ULM dan dipandang sebagai pola pengembangan unit usaha ULM jika dikembangkan dengan jeli dan cermat akan menguntungkan ULM. 

Prof. Dr. Ahmad Alim Bachri punya harapan farming integrated yang mungkin dirintis ULM bisa ditanami tanaman ekspor, terintegrasi antara peternakan dengan perkebunan. Kebutuhan untuk IKN ini opportunity baik bagi ULM, tentunya tergantung kejelian kita, imbuhnya. 

“Peluang sekaligus tantangan yang harus kita siapkan. ULM harus jadi penyuplai sumber daya manusia (SDM) untuk IKN,” tegas Alim.

Seiring peluang ULM sebagai penyuplai SDM IKN Nusantara, Alim juga memandang perlunya kesiapan kampus dalam menjawab perubahan era yang nantinya ditandai dengan munculnya profesi-profesi baru di masa depan. 

“Saya sudah memikirkan beberapa hal yang sangat dibutuhkan oleh bangsa ini. Misalnya dengan perkembangan nano teknologi. Tidak menutup kemungkinan kita buka program studi nano teknologi,” urai Alim.

Terkait hal itu, pihaknya akan mengkaji sejauh mana ketersediaan sumber daya manusia di internal ULM. 

“Kita akan lakukan suatu analisis kajian yang mendalam, apakah itu layak kita lakukan atau tidak? Tapi saya yakin itu diperlukan karena untuk menjawab tantangan di bidang kesehatan dan tantangan di bidang nanoteknologi,” ujar Alim.

Alim juga melihat peluang pengembangan program studi lain yang bermanfaat untuk menjawab tantangan masa depan bangsa Indonesia, misalnya fisika medik, teknik medik, dan sebagainya.

Konsolidasi Eksternal dan Hilirisasi Riset

Prof. Dr. Ahmad Alim Bachri  menekankan selain konsolidasi internal, tak kalah pentingnya adalah menyusun orkestrasi dengan pihak eksternal, terutama di Kalimantan Selatan. Setelah konsolidasi internal, pihaknya akan lakukan konsolidasi eksternal dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan dan perusahaan-perusahaan yang ada di Kalimantan Selatan.

“Sebenarnya hakekat antara dunia usaha dengan perguruan tinggi saling membutuhkan. Dunia usaha membutuhkan hasil riset. Perguruan tinggi membutuhkan wahana atau institusi untuk melakukan riset. Jadi harus diciptakan kolaborasi,” papar Alim. 

Alim menyebut dibutuhkannya penguatan hilirisasi hasil riset. Dimana hasil riset perguruan tinggi dihilirisasi melalui pendekatan bisnis oleh dunia usaha. 

“Selama ini, ini yang masih lemah. Kita berikhtiar untuk perbaiki,” pungkas Alim.


Kontributor: Dr. Rusmin Nuryadin
Editor: B. Rustono
Lebih baru Lebih lama
CLOSE ADS
CLOSE ADS