Anak Muda Optimis Membangun Masa Depan

Jakarta, SEMARANG Post  – Pandemi COVID-19 saat ini, anak muda Indonesia tetap optimis akan masa depannya, meski tetap memperhatikan perkembangan pandemi.


Ditengah kekhawatiran krisis ekonomi yang timbul, sebagian besar anak muda Indonesia menghargai hal-hal yang telah dilakukan pemerintah berkaitan denganpemenuhan kebutuhan dasar yang diperlukan oleh masyarakat, seperti kesehatan dan pendidikan, serta adanya ekosistem sosial yang mendukung wacana terbuka mengenai kewarganegaraan mereka.


Di tahun ketiga ini, ASEAN Youth Survey yang dilakukan oleh Redhill menganalisa peran anak muda di Asia Tenggara sebagai pendorong utama perubahan ekonomi, budaya, dan sosial-politik. Studi ini mencoba untuk mengetahui bagaimana aspirasi dan kekhawatiran mereka tentang pemerintahan, ekonomi, pendidikan, perawatan kesehatan, pilihan hidup, dan aktivitas online – melalui pendapat dari hampir 3.000 orang berusia 18-35 tahun di tujuh negara ASEAN.


“Dua tahun terakhir ini adalah waktu yang sangat menantang bagi anak muda di Indonesia, tetapi hal ini tidak mengurangi optimisme mereka untuk masa depan yang lebih baik – tidak sedikit karena sikap mereka yang sebagian besar sangat positif terhadap bagaimana cara pemerintahmenangani situasi pandemi di berbagai bidang. Meskipun ada kekhawatiran tentang pemulihan jangka panjang, namun anak muda Indonesia masih percaya bahwa mereka memiliki platform untuk membangun sesuatu, bersamaan dengan usaha mereka untuk menjalani kehidupan yang lebih baik di era new normal,” ujarPranav Rastogi, Managing Director, Redhill.


Tata Kelola Pemerintahan & Ekonomi

Pendapat anak muda Indonesia terhadap penanganan pandemi COVID-19 yang dilakukan oleh pemerintah sebagian besar masih dapat berubah (tentatif). Meskipun sebagian besar responden, yaitu sebanyak 52 persen memberikan komentar positif, hal tersebut diimbangi respon sebanyak 41 persen yang masih ragu-ragu dan sebanyak 7 persen berpendapat kritis.


Namun, terdapat lebih banyak optimisme menyangkut persepsi anakmuda Indonesia tentang warganegara yang aktif. Hal ini terlihat dari 77 persen responden menyatakan mereka positif tentang peluang untuk kewarganegaraan yang aktif dan advokasi sosial. Meskipun masih ada sentimen positif terhadap peluang keterlibatan publik dan inklusi gender, serta kemampuan untuk terlibat secara publik dalam isu-isu ras dan minoritas – kedua hal ini masing-masing berada di persentase yang lebih rendah, yakni pada 47 persen dan 54 persen.


Berkaitan dengan ekonomi, sebagian besar responden (87 persen) di seluruh negara Asia Tenggara yang disurvei menyatakan bahwa mereka khawatir dengan jaminanpekerjaan mereka. Walaupun sebagian besar dari kelompok ini (70 persen) mengungkapkansaat ini mereka memiliki cukup dana untuk berbelanja kebutuhan pokok, namun mereka tetap merasa khawatir tentang tabungan untuk masa depan. Dalam hal ini, 77 persen responden bahkan percaya bahwa untuk bisa memenuhi kebutuhanfinansial mereka perlu mengambil pekerjaan lain.


Kendati demikian, sebagian besar anakmuda Indonesia (sebanyak 61 persen) merasa bahwa pemerintahtelah menerapkan kebijakan yang memadai untuk pemulihan dan pertumbuhan pasca pandemi, sementara 30 persen lebih merasa kebijakan pemerintah masih normatif, dan 10 persen merasa khawatir. Dengan mempertimbangkan ketidakpastian pasar kerja saat ini, sebanyak 47 persen anak muda Indonesia secara tentatif optimis pada peluang peningkatan keterampilan secara lokal.


Kesehatan

Dalam hal layanan kesehatan, sebagian besar anak muda Indonesia yang disurvei percaya bahwa penyediaan layanan kesehatan dasar di Indonesia baik, dan sebagian besar percaya bahwa keterjangkauan dan aksesnya memadai – masing-masing sebesar 56 persen dan 58 persen, menunjukkan perbedaan yang tipis. Terlepas dari pemikiran optimis yang hati-hati untuk memenuhi jaminan dasar, sebagian besar responden lokal (87 persen) masih memiliki komentar positif tentang kecukupan peluncuran vaksin COVID-19.


Berbicara tentang hal-hal yang lebih sensitif secara budaya seperti kesehatan seksual, anak muda Indonesia terlihat agak terbuka.Hal ini terlihat dari sebagian besar responden, yakni hampir 50 persen. Keterbukaan ini juga diterjemahkan – meskipun dalam tingkat yang lebih besar – ke dalam pendapat mereka tentang pembahasan masalah kesehatan mental.Sebanyak 64 persen anak muda Indonesia lebih bersedia untuk mendiskusikannya dengan lingkaranyang mereka percaya.


Pendidikan & Pilihan Hidup

Di seluruh wilayah, sebagian besar responden percaya bahwa memperoleh pendidikan dasar dan tinggi itu mudah – tren yang diikuti di Indonesia pada 70 persen (pendidikan dasar) dan 83 persen (pendidikan tinggi) responden lokal. Dalam hal apakah sistem pendidikan Indonesia sangat kompetitif, hampir 60 persen responden setuju. Namun, ada sentimen positif yang lebih rendah terhadap kemampuan mereka untuk menangani stres terkait pendidikan, tercermin pada sebagian besar responden (46 persen) yang tidak yakin, dibandingkan dengan 43 persen yang lebih positif.


Ketika ditanya tentang pilihan hidup mereka, responden diberi daftar hal-hal yang ingin dicapai dalam hidup untuk mengukur tingkat kepentingannya. Di Indonesia, Kesehatan ada di peringkat tertinggi (94 persen), diikuti oleh keluarga dan pendidikan (keduanya 93 persen), perlindungan terhadap lingkungan (90 persen) dan pengembangan pribadi (87 persen).


Dengan pandemi yang sedang berlangsung, anak muda Indonesia memilih untuk berhemat.Sebagian besar (54 persen) menyatakan bahwa mereka tidak merasa sering menghabiskan uang untuk kemewahan seperti hiburan dan liburan. Namun, mereka lebih optimis dengan rencana masa depan mereka; di mana sebagian besar (82 persen)berpendapat bahwa memiliki rumah sendiri merupakan hal yang realistis secara finansial.Namun, hal tersebut diimbangi oleh sebanyak 36 persen yang percaya bahwa membangun keluarga tidak akan menantang secara finansial, karena mayoritas (37 persen) lebih ambivalen sementara 27 persen merasa khawatir.


Aktivitas Daring (Online)

Survei juga menemukan bahwa anak muda Indonesia terhubung secara digital. Sebagian besar responden utamanya mendapat sumber berita mereka dari media sosial (83 persen), dan sebanyak 46 persen menghabiskan antara 5-10 jam sehari pada platform tersebut. Dengan ketergantungan digital ini, sebagian besar pemuda Indonesia (80 persen) percaya bahwa harus ada lebih banyak pendidikan untuk membantu masyarakat dalam menentukan keakuratan berita. Meski begitu, sebanyak 48 persen percaya bahwa peraturan negara mereka efektif dalam mengekang berita palsu dan dengan itu, sebanyak 44 persen menunjukkan kenyamanantentang opini asli politik mereka yang dipengaruhi oleh wacana politik daring.


Laporan ASEAN Youth Survey 2021 oleh Redhill akan dirilis pada 27 Desember 2021 dan dapat diunduh di www.aseanyouthsurvey.com


Kontributor: Diu Oktora (Senior Account Manager)
Editor: Anast
Lebih baru Lebih lama
CLOSE ADS
CLOSE ADS