Goethe-Institut rilis video soundscape terbarunya berjudul Invisible Comfort kreasi Lie Indra Perkasa (komposer) dan John Navid (pemain drum dan perkusi White Shoes & the Couples Company) dalam rangka menghidupkan kembali bebunyian kenyamanan yang hilang di Jakarta.
Invisible Comfort adalah bagian dari proyek digital internasional Sound of X, sebuah inisiatif dari Goethe-Institut yang pertama kali diluncurkan pada tahun 2020. Sound of X menampilkan latar bebunyian sebuah kota yang sering diabaikan. Menggunakan suara, kebisingan, dan akustik, seniman dan musisi dari berbagai negara mengeksplorasi lingkungan sonik masing-masing dalam rangka mengusulkan cara unik untuk memulihkan hubungan dengan kota dan ruang yang kita diami, khususnya dalam masa pandemi COVID-19.
“Kami bersemangat dengan adanya proyek Sound of X dan kami merasa seseorang harus menciptakan sesuatu yang unik sebagai representasi kehidupan di Jakarta. Indra Perkasa dan John Navid adalah duo yang tepat untuk melakukan hal itu, karena mereka sama-sama berhasrat menyampaikan cerita mengenai Jakarta dan bahkan sempat berencana mengerjakan proyek serupa. Kami berharap penonton dapat berpaling sejenak dari rutinitas mereka selama isolasi dan terhubung kembali dengan Jakarta melalui video pendek ini. Lokasi-lokasi pilihan Indra dan John untuk pengambilan gambar dalam rangka memperlihatkan berbagai wajah Jakarta sungguh memukau,” kata Elizabeth Soegiharto, koordinator program Goethe-Institut Indonesien, Jumat (16/7/2021).
Invisible Comfort adalah bagian dari proyek digital internasional Sound of X, sebuah inisiatif dari Goethe-Institut yang pertama kali diluncurkan pada tahun 2020. Sound of X menampilkan latar bebunyian sebuah kota yang sering diabaikan. Menggunakan suara, kebisingan, dan akustik, seniman dan musisi dari berbagai negara mengeksplorasi lingkungan sonik masing-masing dalam rangka mengusulkan cara unik untuk memulihkan hubungan dengan kota dan ruang yang kita diami, khususnya dalam masa pandemi COVID-19.
“Kami bersemangat dengan adanya proyek Sound of X dan kami merasa seseorang harus menciptakan sesuatu yang unik sebagai representasi kehidupan di Jakarta. Indra Perkasa dan John Navid adalah duo yang tepat untuk melakukan hal itu, karena mereka sama-sama berhasrat menyampaikan cerita mengenai Jakarta dan bahkan sempat berencana mengerjakan proyek serupa. Kami berharap penonton dapat berpaling sejenak dari rutinitas mereka selama isolasi dan terhubung kembali dengan Jakarta melalui video pendek ini. Lokasi-lokasi pilihan Indra dan John untuk pengambilan gambar dalam rangka memperlihatkan berbagai wajah Jakarta sungguh memukau,” kata Elizabeth Soegiharto, koordinator program Goethe-Institut Indonesien, Jumat (16/7/2021).
Konsep Invisible Comfort mengacu pada semua hal di Jakarta yang sudah jarang terlihat, namun memberi kenyamanan.
“Bagi sebagian besar orang, kehidupan di kota besar seperti Jakarta melulu diisi dengan bekerja. Melarikan diri dari rutinitas sulit dilakukan, sehingga kenyamanan dari keseharian pun terlupakan. Saat menggarap proyek ini, satu hal yang kami temukan ialah rasa nyaman yang kita kenal di masa lalu sebenarnya masih ada, tersembunyi di depan mata. Kita mungkin tidak selalu menyadarinya, tapi kita masih bisa mendengarnya di tengah kerumunan orang, di sela- sela rutinitas,” ucap Indra, komposer dalam video soundscape ini.
Untuk mencari suara kenyamanan yang hilang, Indra dan John merekam suara-suara dan membuat video di semua penjuru Jakarta selama lebih dari 2 minggu pada bulan Mei 2021. John, selaku Director of Photography proyek ini, menambahkan, “Kami mengunjungi semua kota administrasi di Jakarta dan mengeksplorasi Pasar Malam Cengkareng, Rumah Duka Jelambar, Glodok, Pasar Senen, Pasar Poncol, dan banyak tempat lagi. Selama proyek ini, kami mendatangi lebih banyak sudut-sudut Jakarta dari yang pernah kami datangi dan kami banyak menemukan hal-hal baru.”
Eksplorasi mereka disajikan dalam video soundscape berdurasi lima setengah menit yang berisi suara-suara keseharian yang memikat, mulai dari suara klakson kereta api, derit rel, orang berkaraoke, hingga berbagai suara yang terkait dengan jajanan jalanan—jingle dan suara lainnya yang digunakan penjual untuk menarik pelanggan serta suara saat proses pembuatan makanan berlangsung.
“Bagi sebagian besar orang, kehidupan di kota besar seperti Jakarta melulu diisi dengan bekerja. Melarikan diri dari rutinitas sulit dilakukan, sehingga kenyamanan dari keseharian pun terlupakan. Saat menggarap proyek ini, satu hal yang kami temukan ialah rasa nyaman yang kita kenal di masa lalu sebenarnya masih ada, tersembunyi di depan mata. Kita mungkin tidak selalu menyadarinya, tapi kita masih bisa mendengarnya di tengah kerumunan orang, di sela- sela rutinitas,” ucap Indra, komposer dalam video soundscape ini.
Untuk mencari suara kenyamanan yang hilang, Indra dan John merekam suara-suara dan membuat video di semua penjuru Jakarta selama lebih dari 2 minggu pada bulan Mei 2021. John, selaku Director of Photography proyek ini, menambahkan, “Kami mengunjungi semua kota administrasi di Jakarta dan mengeksplorasi Pasar Malam Cengkareng, Rumah Duka Jelambar, Glodok, Pasar Senen, Pasar Poncol, dan banyak tempat lagi. Selama proyek ini, kami mendatangi lebih banyak sudut-sudut Jakarta dari yang pernah kami datangi dan kami banyak menemukan hal-hal baru.”
Eksplorasi mereka disajikan dalam video soundscape berdurasi lima setengah menit yang berisi suara-suara keseharian yang memikat, mulai dari suara klakson kereta api, derit rel, orang berkaraoke, hingga berbagai suara yang terkait dengan jajanan jalanan—jingle dan suara lainnya yang digunakan penjual untuk menarik pelanggan serta suara saat proses pembuatan makanan berlangsung.
Suara khas jajanan jalanan menjadi elemen penting dalam proyek ini untuk memperlihatkan kenyamanan yang hilang versi Indra dan John. Karena sama-sama besar di Jakarta, keduanya mempunyai kenangan manis mengenai jajanan jalanan berikut suara khasnya, seperti bunyi melengking yang terdengar dari gerobak kue putu, denting suara sendok beradu mangkok kecil berisi sekoteng, sampai bunyi tuk- tuk-tuk dari kentungan bambu tukang bakso keliling.
Untuk proyek ini, Indra bereksperimen dengan Walkman untuk membuat tape loops. Ia menjelaskan bahwa beberapa rekaman suara seperti penjual tahu bulat dan jingle es krim Miami disampel lewat pita kaset lama untuk membuat tape loops, dan kemudian diproses lebih lanjut. Indra menambahkan, “Saya melakukannya karena merasa ini cocok dengan tema proyeknya, yaitu membuat efek berulang. ini juga menggambarkan proses kehidupan urban di mana segala sesuatu dalam hidup itu berulang.”
Kontributor: Ryan Rinaldy (PR Manager Goethe-Institut Jakarta)
Editor: B.Rustono
Untuk proyek ini, Indra bereksperimen dengan Walkman untuk membuat tape loops. Ia menjelaskan bahwa beberapa rekaman suara seperti penjual tahu bulat dan jingle es krim Miami disampel lewat pita kaset lama untuk membuat tape loops, dan kemudian diproses lebih lanjut. Indra menambahkan, “Saya melakukannya karena merasa ini cocok dengan tema proyeknya, yaitu membuat efek berulang. ini juga menggambarkan proses kehidupan urban di mana segala sesuatu dalam hidup itu berulang.”
Kontributor: Ryan Rinaldy (PR Manager Goethe-Institut Jakarta)
Editor: B.Rustono
HALAMAN BERIKUTNYA:
Tags:
Harmoni